Menggali Potensi Zakat Kota Banda Aceh

Menggali Potensi Zakat Kota Banda Aceh

Kota Banda Aceh merupakan salah satu kota yang memiliki potensi zakat yang sangat besar. Baik secara kuantitas dan potensi, Zakat di Banda Aceh menempati rangking nomor dua terbesar dan terbanyak setelah Baitul Mal Provinsi Aceh. Namun, dalam beberapa penelitian terakhir, besanya potensi zakat di Banda Aceh, sering keluar dari Banda Aceh. Pasalnya, banyak Muzakki, seperti pengusaha masih kurang percaya zakat mereka dikelola pemerintah, sehingga mereka lebih memilih menyalurkan Zakat sendiri ke luar Kota Banda Aceh.

Menanggapi persaoalan ini, Kepala Baitul Mal Kota Banda Aceh, Tengku Safwani Zainun, S.Pd.I mengatakan, disalurkannya sejumlah besar zakat ke luar daerah penyebab utama misalnya, para muzakki belum memahami bahwa hukum dan aturan penyaluran zakat, adalah disalurkan dimana zakat itu dipungut.

?Ini jadi tugas kita Baitul Mal Banda Aceh untuk terus berkampanye gerakan sadar zakat kepada para kelompok masyarakat pedagang dan pengusaha di Banda Aceh,? ujar Tgk Safwani kepada Tabloid Madani.

Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum mau menyetor zakat ke Baitul Mal, dengan membagi sendiri di kota Banda Aceh dan ada juga sekelompok orang yang membawa keluar zakat dari kota Banda Aceh

Selain itu, perkiraan besarnya potensi zakat swasta yang belum tergali di Aceh dan di Kabupaten/Kota (Banda Aceh) berdasarkan survei analisa (Baitul Mal Kota Banda Aceh)

Analisa ini kata dia, ?akan memberikan hasil yang baik jika Baitul Mal mampu menggunakan setiap kelebihan/kekuatan untuk dapat dioptimalkan, dengan memanfaatkan sejumlah peluang guna mengantisipasi ancaman baik dari internal maupun dari eksternal. Sehingga, perbaikan dan managerial di internal Baitul Mal Kota Banda Aceh terlaksanakan dengan baik dan proporsional.

?Kita butuh dukungan operasional sekretariat dan finansial Badan Pelaksana (BAPEL)? dalam proses tranparansi publik sebagaimana tuntutan lembaga zakat profesional dan audit keuangan independen,? paparnya.

Ditanya soal target pengumpulan Zakat, Tgk Safwani menyebutkan untuk tahun 2015 ini, Baitul Mal Kota Banda Aceh menargetkan kumpulan Zakat, Infak dan Sadakah (ZIS) di Banda Aceh, sebesar Rp.17.7 miliar.

Tgk Safwani menjelaskan, target sebesar itu menggunkan Pola pengelolaan dalam hal pendistribusian berbentuk progran konsumtif sebesar 27,8 persen dan program zakat produktif 62,2 %, dengan mempedomani pendistribusian pada tahun 2014 kemarin.

?Hingga tahun 2014 sekarang, kita sudah berhasil menyantuni sebanyak 12.652 0rang, sebanyak 937 unit kelompok usaha dan 35 unit rumah miskin,? ungkap Anggota Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Kabupaten Aceh Besar ini.

Pada kesempatan itu, Tgk Safwani menyarakan kepada Pemko Banda Aceh bersama DPRK Banda Aceh, untuk mengantisipasi banyak zakat yang keluar dari Banda Aceh, ?agar secepatnya membuat qanun Qanun Baitul Mal? dan Perwal ZIS Kota Banda Aceh. Sehingga potensi Zakat di Banda Aceh, terkumpul dan terpusat untuk masyarakat di Kota Banda Aceh.

?Kita sangat terus berharap adanya dukungan penuh dri pihak eksekutif dan legislatif dalam pengumpulan zakat PNS, baik dari honorarium, proyek yang bersumber dari APBK baik dari segi regulasi maupun aksi,? harapnya.

Sehingga, Implementasi Syariat Islam di Banda Aceh Aceh sebagai model kota Madani, secara menyeluruh? di Banda Aceh benar-benar nyata adanya.

Berdasarkan laporan penelitian potesi zakat mal di Aceh yang disusun Pusat Penelitian dan Penerbitan LP2M UIN Ar-Raniry bekerjasama dengan Baitul Mal Aceh tahun 2014 menyimpulkan, Kota Banda Aceh memiliki potensi besar penerimaan zakat dari berbagai sektor. Dari hasil penelitian tersebut menunjjukan Kota Banda Aceh berpotensi zakat berjumlah 63 milliar pertahun.

Jumlah tersebut berdasarkan hitungan dari beberapa sektor utama seperti profesi, perusahaan, industri kecil, perdagangan, profesi dan keahlian, lembaga keuangan kecil, transportasi, perikanan, peternakan, kelautan, pertanian, dan perusahaan medis.

Namun demikian, jumlah potensi tersebut masih dapat bertambah, disebabkan ada beberapa sektor lainnya yang belum terinput dalam penelitian LP2M. Faktor belum dapat diinput karena tidak mempunyai data yang akurat dan valid, seperti game online, saham, dan bisnis-bisnis keuangan lainnya. Sehingga dapat dipastikan masih bisa meningkat dari angka 63 milliar.(marwidin)